Jumat, 01 Februari 2008

Samir bin Shalih (Ibnu Khattab)

Biografi

Nama aslinya adalah Samir bin Shalih bin Abdullah As-Suwailim atau lebih dikenal dikalangan mujahidin dengan nama samaran Ibnu Khattab atau Amir Khattab. Lahir pada 1389 H. di kota 'Ar'ar, utara Saudi. Dibesarkan oleh keluarga baik dan terpilih, yang dikenal dengan keberanian dan kecerdasannya. Tinggal di kota ini sampai selesai duduk di kelas empat sekolah dasar, kala itu umurnya baru 10 tahun. Setelah perang pertama yang terjadi di Afghanistan, beliau tinggalkan bangku sekolah.

Beliau menikah dengan wanita dari Dagestan dan dikaruniai tiga anak, Sarah berusia 5 tahun, Shalih berusia 3 tahun, dan Sajidah berusia satu tahun setengah.

Beliau memiliki hubungan kuat dengan para syaikh yang dijadikan rujukan oleh para mujahidin semisal Syaikh Abdul Aziz bin Baaz, Syaikh Muhammad Al-Utsaimin dan Syaikh Hamud Al-Uqla rahimahullah. Sering ia meminta fatwa mereka dalam urusan jihad, ilmu dan dakwah.

Peperangan yang pernah diikuti

  • Afghanistan

Bergabung dalam jihad Afghan tahun 1408 H, persis sesudah bulan Ramadhan dan meninggalkan studinya di Serikat Aramco Petrol. Menetap di Afghanistan sampai akhir tahun 1412 H, tapi dalam masa itu beliau pernah pulang ke Saudi Arabia untuk mengobati luka yang menimpanya pada salah satu peperangan di Afghanistan.

Ketangkasan dan kepandaiannya nampak ketika beliau tinggal di kota Logar di Afghanistan. Beliau dipercaya untuk membawahi Detasemen Uhud dalam sebuah operasi pertempuran. Akhirnya detasemen ini dijadikan percontohan baik dan ditiru oleh detasemen mujahidin lainnya.


  • Tajikistan

Sesudah menghabiskan perjalanan jihadnya di Afghanistan pada tahun 1993 masehi, beliau pindah ke Tajikistan berjihad melawan Rusia selama dua tahun. Sampai pada suatu pertempuran di Tajikistan, dua jemari tangannya yang kanan putus akibat terkena granat. Kawan-kawan mujahidin menyarankannya untuk berobat ke Peshawar, akan tetapi saran itu tidak diterimanya dan luka yang ada beliau balut dengan madu. Hingga syahidnya balutan itu tetap melekat di tangannya.

Setelah dua tahun berjihad di Tajikistan, beliau dan beberapa temannya kembali ke Afghanistan pada permulaan tahun 1995 masehi, dan ketika itu adalah awal peperangan di Chechnya. Hatinya tersentuh saat beliau di Afghanistan sedang menyaksikan berita di Chechnya lewat satelit parabola, sampai beliau mengatakan : "Ketika aku melihat sekelompok pasukan Chechnya yang berikat kepala La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah dan meneriakkan Allahu Akbar, aku jadi mengetahui kalau di Chechnya ada jihad. Dan aku memutuskan wajib bagiku untuk pergi ke tempat mereka.


  • Chechnya

Pada tahun 1995, ia yang menguasai empat bahasa : Arab, Rusia, Inggris dan Pastun bersama delapan mujahidin lainnya berangkat ke Chechnya. Di awal masuknya ke Chechnya beliau tidak mengetahui sama sekali negeri tersebut. Akhirnya menyamar menjadi reporter sebuah stasiun televisi. Bertanya kepada mereka dengan beberapa pertanyaan. Demikian pula yang ia lakukan saat perjumpaan awalnya dengan Shamil Basayev, selaku komandan tertinggi mujahidin Chechnya.

Empat tahun berjihad di Chechnya dengan metode yang diracik dari pengalaman jihad mereka di Afghanistan dan Tajikistan, ternyata membuahkan hasil bahwa tentara Rusia yang terbunuh selama 3 tahun di Chechnya lebih besar dibanding yang terbunuh di Afghanistan dalam kurun waktu 10 tahun. Pasukan yang dipimpin Khattab ini juga ikut andil dalam menggempur Grozny pada Agustus 1996, dipimpin langsung oleh Shamil Basayev.

Wafatnya

Beliau wafat memperoleh (Insya Allah) ke-syahid-an pada awal bulan Shafar 1423 H dalam usia 33 tahun akibat racun surat yang dibawakan oleh seorang kurir musuh. Sumber lain mengatakan bahwa makanannya mengandung racun yang ditaruh oleh seorang pengkhianat. Ternyata cara kematian ini telah ia gambarkan jauh hari sebelum ajal menjemputnya.

Tidak ada komentar: